KUNINGAN – Dinamika di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan mulai menghangat menjelang pelantikan Sekda Kuningan definitif. Setelah tiga kandidat terbaik hasil seleksi manajemen talenta, U. Kusmana, Dr. Wahyu Hidayah, dan Dr. Deni Hamdani berjabat tangan bersama Bupati Kuningan Dr. H. Dian Rahmat Yanuar, M.Si. dan Wakil Bupati Tuti Andriani, beragam tafsir pun bermunculan.
Pengamat kebijakan publik Kuningan, Sujarwo atau akrab disapa Mang Ewo menilai bahwa momentum pertemuan yang diabadikan tersebut bukanlah tanpa makna. Ia membaca langkah Bupati Dian sebagai strategi komunikasi simbolik untuk meneguhkan komitmen para kandidat agar tetap menjaga kondusivitas birokrasi, terutama di tengah dinamika politik yang berjalan.
“Munculnya tiga sosok berjabat tangan bersama Bupati dan Wakil Bupati, yang disebut sebagai tiga terbaik hasil manajemen talenta, tentu memunculkan banyak praduga. Tapi saya melihat langkah itu justru bagian dari upaya Bupati memastikan bahwa ketiganya tetap solid, tidak saling berkompetisi secara emosional, dan menjaga suasana kerja yang kondusif,” ujar Mang Ewo, Rabu (5/11/2025).
Mang Ewo menggarisbawahi bahwa pesan Bupati kepada ketiga kandidat agar tidak terprovokasi secara politis dan tetap profesional sebagai abdi negara merupakan isyarat tegas bahwa unsur politik sebaiknya ditekan seminimal mungkin dalam proses penetapan.
“Kalimat ‘jabatan hanyalah amanah, yang abadi adalah pengabdian’ itu menunjukkan posisi Bupati ingin menjaga netralitas birokrasi. Artinya, beliau berusaha menutup ruang intervensi politik dalam penentuan Sekda,” kata Mang Ewo. Pesan ini ditafsirkan sebagai upaya kuat dari pimpinan daerah untuk menjaga proses transparan dan profesionalisme jabatan tinggi pratama.
Mang Ewo mengakui, meskipun Bupati telah berupaya meredam unsur politis secara terbuka, dinamika di balik layar tetap menjadi bagian yang menarik dari proses seleksi jabatan tinggi pratama di tingkat daerah. Proses ini selalu melibatkan pertimbangan matang yang kompleks, melampaui sekadar hasil seleksi administratif.
Spekulasi mengenai siapa yang akan mengisi kursi Sekda semakin menguat seiring dengan beredarnya informasi mengenai jadwal pelantikan. Berdasarkan informasi yang diperoleh mang Ewo, pelantikan Sekda definitif disebut-sebut akan digelar besok.
“Saya mendapat kabar bahwa pelantikan Sekda dilakukan besok. Kalau boleh menebak, kemungkinan yang akan dilantik itu berinisial U,” ujarnya sambil tersenyum, merujuk pada salah satu dari tiga kandidat.
Sujarwo menegaskan bahwa prediksi semacam itu adalah hal yang wajar, apalagi di tengah tingginya perhatian publik terhadap jabatan strategis Sekretaris Daerah. “Ya, berprediksi sah-sah saja. Tapi siapapun yang akan dilantik nanti, harapan kita sama yaitu bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan menjaga marwah birokrasi,” tuturnya.
Menurutnya, Sekda memiliki peran vital sebagai penggerak utama roda pemerintahan sekaligus penyeimbang antara kepentingan politik dan administratif. Kapasitas figur terpilih akan sangat menentukan arah tata kelola pemerintahan ke depan.
“Sekda itu bukan hanya jabatan struktural, tapi simbol moral dalam birokrasi. Ia harus mampu menjadi perekat antara pimpinan daerah, ASN, dan masyarakat,” ujar Mang Ewo menegaskan, menekankan fungsi Sekda sebagai jembatan antara visi politik dan eksekusi teknokratis.
Ia menutup pandangannya dengan harapan agar pelantikan besok tidak menimbulkan gesekan di kalangan ASN, melainkan menjadi momentum konsolidasi. “Kalau semuanya bisa menjaga etika dan kebersamaan, maka siapapun yang terpilih tidak lagi menjadi soal pribadi, melainkan soal masa depan Kuningan,” pungkasnya. (ali)
