KUNINGAN – Pemerintah Kabupaten Kuningan memperingati Hari Kusta Sedunia dengan mengusung tema “Beat Leprosy” atau Kalahkan Kusta, Senin (12/2). Kegiatan ini digelar bersamaan dengan apel pagi di Halaman Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.
Momentum ini dimanfaatkan Pemkab Kuningan untuk memberikan apresiasi kepada para pejuang garis depan dalam penanggulangan kusta, termasuk petugas kesehatan, promotor kesehatan, fasilitator lokal, hingga OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta).
Sejumlah penghargaan diberikan, di antaranya kepada Dian Agusriani sebagai Petugas Kusta Teraktif, Kasma sebagai Petugas Kusta Teradministratif, Alfan Chaidir sebagai Promotor Kesehatan Teraktif, Johan Jamaludin sebagai OYPMK Terinspiratif, dan Ono Darsono sebagai Fasilitator Lokal Teraktif.
107 Desa di Kuningan Masih Endemis Kusta
Penjabat Bupati Kuningan Raden Iip Hidajat menyampaikan, kendati Kabupaten Kuningan telah mencapai status eliminasi kusta sejak 2017, namun pada tahun 2023 masih ditemukan 72 kasus baru. Dari jumlah tersebut, 19,4% di antaranya merupakan penderita dengan disabilitas tingkat dua.
“Analisis kami menunjukkan, dari total 376 desa/kelurahan di Kuningan, masih ada 107 desa/kelurahan yang tergolong endemis kusta. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama,” ujar Iip dalam sambutannya.
Ia menekankan bahwa kusta bukan semata tanggung jawab Dinas Kesehatan, melainkan harus menjadi kepedulian lintas sektor.
“Menghadapi masalah ini, kita semua harus menjadi Dinas Kesehatan. Tidak ada superman, yang ada adalah superteam,” tegasnya.
Sinergi Program Desa Sahabat Kusta
Sebagai upaya komprehensif, Pemkab Kuningan menjalin kolaborasi dengan Yayasan NLR Indonesia melalui program Desa Sahabat Kusta (DESAKU). Program ini dijalankan di 10 UPTD Puskesmas dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat dan menghapus stigma terhadap penderita kusta.
Iip menyebutkan bahwa target yang ingin dicapai melalui program ini adalah tiga zero: zero penularan, zero disabilitas, dan zero diskriminasi.
“Banyak masyarakat masih mengira bahwa kusta disebabkan oleh kutukan, guna-guna, atau keturunan. Padahal, kusta adalah penyakit menular akibat bakteri dan bisa disembuhkan dengan pengobatan dini,” jelas Iip.
Kampanye Antistigma Lewat Seni
Peringatan Hari Kusta Sedunia ini ditutup dengan penampilan drama singkat yang menggambarkan realitas sosial OYPMK disabilitas tingkat dua. Penampilan tersebut dilanjutkan dengan edukasi publik seputar kusta dan cara penanggulangannya oleh petugas kesehatan.
Melalui peringatan ini, Pemkab Kuningan berharap masyarakat makin sadar bahwa kusta bukan momok yang perlu ditakuti, tetapi penyakit yang bisa ditangani secara medis dan sosial dengan pendekatan yang inklusif. (ali)
