Dukungan terhadap langkah simbolik tersebut juga datang dari sejumlah aktivis lingkungan di Kabupaten Kuningan.
Boy Sandy, aktivis lingkungan, menyebut pergantian tahun di puncak gunung sebagai momentum refleksi ekologis.
“Bergantinya tahun harus disertai semangat baru dalam menjaga alam. Kalau kita gagal melestarikan lingkungan hari ini, maka kita sedang meruntuhkan peradaban generasi mendatang,” tegasnya.
Sementara itu, tokoh Anak Rimba (AKAR) Kuningan, Maman “Magic”, turut memberikan apresiasi terhadap aksi simbolik para pemimpin daerah. Ia berharap, semangat ini bisa menular dan menjadi gerakan bersama lintas elemen masyarakat.
“Jika ingin tahu mengapa seseorang mendaki, maka mendakilah. Di sana kau akan mengerti cinta sejati pada alam: bukan hanya menerima, tapi juga memberi dan merawatnya,” ujarnya puitis.
Gunung Ciremai yang menjulang hingga 3.078 mdpl memang bukan sekadar lanskap alam, tetapi juga simbol kekuatan, ketahanan, dan harapan. Di tengah sorotan pembangunan dan perubahan iklim, pendakian para pemimpin ini menyiratkan pesan kuat: Kuningan tak hanya bergerak ke depan, tetapi juga naik ke atas — menuju puncak yang lebih bijak.