Keresahan tak berhenti di Pasar Kepuh. Video lain beredar, memperlihatkan aktivitas komunitas LGBT di sebuah kafe di kawasan wisata Palutungan. Informasi warga menyebut, kelompok ini rutin muncul tiap malam Sabtu dan Minggu. Fenomena serupa dilaporkan terjadi di kafe baru di Awirarangan.
Lokasi-lokasi ini dianggap rawan karena menjadi magnet anak muda, termasuk pelajar. Kekhawatiran pun menguat pola hidup yang bertentangan dengan norma sosial bisa merembes ke generasi muda.
Di tengah situasi ini, Inisiator Gerakan KITA, Ikhsan Marzuki, menawarkan empat langkah. Pertama, membentuk Satgas Pengawasan Ruang Publik yang melibatkan tokoh agama, aparat, dan masyarakat. Kedua, program edukasi berbasis keluarga dan sekolah. Ketiga, pengawasan ketat terhadap tempat hiburan malam. Keempat, layanan konseling dan rehabilitasi bagi mereka yang ingin kembali ke jalur sesuai norma.
“Kalau Pemda tidak segera turun tangan, masyarakat akan kehilangan kepercayaan. Kalau itu terjadi, konflik sosial sulit dihindari,” ujar Luqman Maulana.
H. Andi Budiman menegaskan, isu ini bukan hanya soal moral, tetapi juga arah generasi. “Kalau tidak ada ketegasan, kita akan menyesal di kemudian hari,” ujarnya.
Toto Suripto, Ketua Perguruan Pencak Silat Bima Suci, memberi peringatan terakhir. “Masyarakat siap membantu pemerintah, tapi jangan biarkan mereka bergerak sendiri. Kalau rakyat jalan sendiri, yang rugi kita semua,” katanya. (rls/ali)