Namun reaksi publik justru beragam. Banyak kalangan, termasuk Sekum KAHMI Kuningan Cucu Supriadin, menilai bahwa wacana pergantian tagline hanya mencerminkan inkonsistensi arah pembangunan daerah.
“Jangan latah ganti tagline hanya karena ganti pemimpin,” kata Cucu, menegaskan bahwa branding daerah harus didasarkan pada kajian matang, bukan dorongan politik sesaat.
Di sisi lain, Kadisporapar Kuningan Elon Carlan melalui Kabid Ahmad Djajuli menyampaikan bahwa tagline “Kuningan Beu” masih berlaku secara resmi sesuai SK Bupati per Januari 2024. Meski diakui telah ada diskusi internal soal branding, namun belum ada keputusan final.
Untuk Bupati Dian sendiri, jawabannya jelas.
“Aya-aya wae…(ada – ada saja)” katanya ringan membalas dengan pesan singkat. (ali)