Cikalpedia
Cerpen

Rahasia di Hari Bahagia

Air mata Nisa jatuh perlahan.

“Tapi sekarang kamu akan menikah. Dan menurut agama, wali nikahmu adalah ayah kandungmu. Bukan Ayah. Maka Ayah harus jujur…”

Nisa menggigit bibirnya, menahan tangis. “Jadi… hidupku selama ini… kebohongan?”

“Jangan bilang begitu, Nak…” Pak Amir menggenggam tangan putrinya erat. “Kasih sayang kami… semua cinta itu nyata. Tak ada yang palsu. Ayah hanya takut… kehilangan kamu. Takut kamu menjauh setelah tahu semua ini.”

Nisa terisak, dadanya sesak. “Kenapa Ayah baru bilang sekarang… kenapa bukan dulu, saat aku bisa memahami perlahan… bukan malam ini, malam sebelum aku jadi istri orang…”

Pak Amir menunduk, tubuhnya gemetar. “Maafkan Ayah, Nak… Maafkan…”

Nisa memalingkan wajahnya, mencoba menata hatinya yang remuk. Tapi dalam hati kecilnya, ada bagian yang masih mencintai lelaki itu—pria yang menggendongnya ke sekolah, yang mengajarinya naik sepeda, yang menangis saat dia sakit.

Ayahnya.

Mungkin bukan oleh darah, tapi oleh cinta

Keesokan paginya, prosesi akad nikah berjalan khidmat. Seorang lelaki tua, yang baru diperkenalkan malam sebelumnya sebagai ayah kandung Nisa, duduk sebagai wali. Nisa tak bicara banyak, wajahnya tenang tapi matanya masih sembab.

Di barisan tamu, Pak Amir duduk diam, matanya tak lepas menatap Nisa.

Dan saat semua mata tertuju pada pengantin baru yang bersalaman dengan tamu, Nisa berjalan pelan menghampiri lelaki yang telah ia panggil Ayah selama hidupnya.

Ia berlutut. Memeluknya erat.

“Ayah… terima kasih. Meskipun aku bukan darahmu… aku adalah anakmu. Selamanya.”

Pak Amir akhirnya menangis. Bukan karena rahasia yang terbuka. Tapi karena cintanya akhirnya diterima tanpa syarat.(Beng).

Hanya Fiksi Sembari Ngopi by Bengpri

Related posts

HMI Kritik Program Jam Malam KDM di Kuningan

Ceng Pandi

Bupati Kuningan Teken Komitmen Pendanaan Pilkada 2024, Ridwan Kamil Dorong Sosialisasi Kreatif untuk Gen Z

Cikal

Warga Desa Tugumulya Keracunan Jamur, Satu Orang Meninggal Dunia

Cikal

Leave a Comment