JAKARTA — Sabtu, (14/6/2025), udara Marunda diselimuti suasana haru dan hangat. Di Jalan Marunda Baru 18 Nomor 17, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Rumah Kemas bersama Relawan Pramono Rano Sahabat Jakarta (Prosoja) menggelar acara santunan anak yatim, sebuah momentum yang bukan sekadar seremonial, tapi menjadi cermin nyata kepedulian sosial lintas sektor.
Kegiatan diawali dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Ustaz Gusrial. Lantunan doa mengalun khidmat, membungkus pagi itu dengan nuansa spiritual yang kuat. Anak-anak yatim yang hadir, sebagian besar duduk rapi dengan mata berbinar, menyimak setiap rangkaian acara yang digelar untuk mereka.
Tampak hadir sejumlah tokoh masyarakat dan penggerak sosial. Ketua Pembina Rumah Kemas, Haji Ali, Ketua Umum Prosaja, Muslim, Gus Rial, Rahmatullah Pico, Bondan, serta Ketua Pembina Prosoja, H. Muhamad Narendra Kartiyasa Kiemas, dan Ketua Harian Prosoja, Dudi Anjung Satriadi, turut menyemarakkan suasana.

Komaru Zaman, Ketua Rumah Kemas, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang hadir. “Kehadiran Bapak Ibu serta adik-adik yatim piatu adalah keberkahan tersendiri bagi kami. Semoga acara ini membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua,” ujarnya.
Santunan yang diberikan berupa perlengkapan sekolah, paket sembako, hingga dukungan moril, menjadi bentuk konkret perhatian kepada anak-anak yang ditinggal orang tuanya sejak dini. Namun lebih dari itu, kegiatan ini juga menjadi panggung kolaborasi yang memperlihatkan bahwa urusan sosial tidak bisa diserahkan hanya kepada satu pihak.
“Jakarta Utara masih menghadapi berbagai tantangan sosial. Kolaborasi dan sinergi antara berbagai pihak sangatlah penting,” tegas Dudi Anjung Satriadi, Ketua Harian Prosoja.

Ia menambahkan, kegiatan ini menjadi titik awal kolaborasi antara Prosoja dan Rumah Kemas.
“Semoga ke depan, kerja sama ini bisa terus berlanjut dan berkembang,” katanya.
Nada harapan juga disampaikan oleh Ketua Pembina Prosoja, H. Muhamad Narendra K Kiemas. Ia menekankan pentingnya kontinuitas dan perluasan gerakan sosial semacam ini.
“Saya berharap acara ini bisa berkelanjutan, bukan hanya di tingkat kelurahan, tapi menjangkau kecamatan bahkan seluruh Indonesia,” ucapnya.
Narendra juga menegaskan bahwa anak yatim adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah atau pengusaha.
“Perhatian kepada anak-anak ini adalah cermin kemanusiaan kita,” tambahnya.
Acara ditutup dengan doa bersama. Di tengah hiruk pikuk kota megapolitan, Marunda hari itu menjadi saksi bahwa solidaritas masih bernyawa. Bahwa secercah harapan bisa tumbuh dari tangan-tangan yang tak lelah berbagi. (red)
