KUNINGAN – Perkembangan teknologi dan perubahan zaman membawa dampak besar bagi pembelajaran agama Islam, baik di sekolah maupun di masyarakat. Di satu sisi, kemajuan ini memudahkan akses ilmu, tetapi di sisi lain, muncul tantangan serius yang harus dihadapi oleh pendidik dan orang tua.
Hal ini mengemuka dalam Dialog Publik dan Launching Pusat Studi Pendidikan dan Pemikiran Islam (PSPPI) yang digelar Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, Selasa (20/5/2025). Acara ini mengupas tuntas “Tantangan dan Solusi Pendidikan Agama Islam di Abad 21”, dengan menghadirkan para praktisi pendidikan dari berbagai jenjang.
Sopandi, Direktur PSPPI, mengungkapkan bahwa pembelajaran agama Islam sering dijadikan “kambing hitam” ketika kenakalan remaja marak terjadi. Padahal, persoalan ini adalah tanggung jawab Bersama, bukan hanya guru agama, tapi juga orang tua, sekolah, dan masyarakat.
“Anak yang nakal bukan semata-mata gagalnya guru agama mengajar, melainkan kegagalan sistem pendidikan secara holistik,” tegas Sopandi.
Dialog ini menghadirkan empat narasumber yang mewakili guru PAI dari SD, SMP, SMA, dan penyuluh agama di masyarakat. Masing-masing memaparkan tantangan unik di lapangan.
Amin Suparmin, guru PAI SD, mengungkapkan bahwa banyak orang tua di Kuningan yang merantau atau sibuk bekerja, sehingga anak dititipkan kepada kakek-nenek. Akibatnya, pembinaan agama di rumah sangat lemah, dan guru kesulitan menyeimbangkannya di sekolah.
Sementara, Yudi Budiman (guru PAI SMP) dan Oom Romlah (guru PAI SMA) sepakat bahwa remaja kini lebih terpengaruh pergaulan bebas dan media sosial.
“Guru agama tidak cukup hanya pintar mengajar, tapi harus turun ke dunia mereka, pahami gaya hidup mereka, baru bisa memberikan solusi,” kata Yudi.
Berbeda dengan Agung Sukardi, Penyuluh Agama Kemenag, menekankan bahwa masyarakat kini dihadapkan pada maraknya konten agama yang tidak bertanggung jawab di internet.
“Banyak orang belajar agama dari medsos, tapi tidak semua sumbernya valid. Ini bahaya!” ujarnya.
Sementara itu, Nurul Iman Hima Amrullah, Rektor Unisa Kuningan, membuka dialog dengan harapan besar.
“Mahasiswa kami harus paham betul dinamika ini, agar saat jadi guru nanti, mereka bisa menciptakan strategi pembelajaran yang relevan,” pesannya.
PSPPI sendiri akan menjadi wadah kajian dan solusi untuk pendidikan agama Islam yang lebih adaptif di era digital.
“Kami ingin guru agama tidak hanya mengajar, tapi juga menjadi teladan dan teman diskusi bagi generasi muda,” tutup Sopandi. (red)
