KUNINGAN – Setelah harga beras naik tajam, kini giliran telur yang bikin kepala warga pening. Di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Kuningan, harga telur ayam ras tembus di angka Rp 33 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya, harga telur masih berada di kisaran Rp 29 ribu.
Kondisi ini membuat sebagian warga memilih membeli telur retak atau pecah untuk menghemat pengeluaran. Selain murah, telur jenis ini tetap bisa dikonsumsi jika langsung dimasak.
“Harga telur retak lumayan miring. Hanya Rp 24 ribu per kilo,” ujar Oman, peternak sekaligus pedagang telur di Pasar Cilimus, Selasa, 9 Juli 2025.
Oman menjelaskan, telur-telur yang retak biasanya disortir langsung saat pengambilan dari kandang. Dalam sehari, kata dia, selalu ada telur yang pecah atau retak, namun tetap layak konsumsi.
Sementara telur utuh kini dijual Rp 33 ribu per kilogram untuk konsumen umum, dan Rp 31 ribu per kilogram bagi pedagang.
Oman menyebut kenaikan harga ini terjadi akibat naiknya biaya produksi, terutama harga pakan ayam yang melonjak dari Rp 6.200 menjadi Rp 7.800 per kilogram. Kondisi cuaca juga memengaruhi, membuat banyak ayam enggan bertelur.
“Sekarang produksi turun. Dari 1.000 ekor ayam, biasanya dapat lebih dari 6 peti. Sekarang cuma segitu,” tuturnya.
Satu peti telur berisi sekitar 600 butir. Dengan produksi yang menurun, Oman khawatir harga telur bisa kembali naik, apalagi mendekati bulan puasa. Namun, ia berharap harga segera stabil.
“Kalau terlalu mahal, nggak laku. Bisa busuk,” ucapnya.
Naiknya harga telur ini semakin menambah beban warga Kuningan yang sebelumnya sudah dibuat kelimpungan oleh mahalnya harga beras. Pemerintah daerah didesak untuk segera turun tangan sebelum harga sembako makin tak terkendali. (ali)
