Oman menyebut kenaikan harga ini terjadi akibat naiknya biaya produksi, terutama harga pakan ayam yang melonjak dari Rp 6.200 menjadi Rp 7.800 per kilogram. Kondisi cuaca juga memengaruhi, membuat banyak ayam enggan bertelur.
“Sekarang produksi turun. Dari 1.000 ekor ayam, biasanya dapat lebih dari 6 peti. Sekarang cuma segitu,” tuturnya.
Satu peti telur berisi sekitar 600 butir. Dengan produksi yang menurun, Oman khawatir harga telur bisa kembali naik, apalagi mendekati bulan puasa. Namun, ia berharap harga segera stabil.
“Kalau terlalu mahal, nggak laku. Bisa busuk,” ucapnya.
Naiknya harga telur ini semakin menambah beban warga Kuningan yang sebelumnya sudah dibuat kelimpungan oleh mahalnya harga beras. Pemerintah daerah didesak untuk segera turun tangan sebelum harga sembako makin tak terkendali. (ali)