GARUT – Gelanggang Akuatik Talaga Bodas di kawasan SOR RAA Adiwijaya, Tarogong Kidul, akhir pekan itu berubah menjadi pusat sorotan Jawa Barat. Ribuan atlet renang, pelatih, ofisial, dan orang tua tumpah ruah memberi dukungan dalam West Java Series 2025 Swimming Championship and Short Course Series II yang sekaligus menjadi ajang Babak Kualifikasi (BK) Porprov Jabar untuk cabang olahraga renang.
Di balik gemuruh teriakan dan tepuk tangan, tersimpan optimisme berlapis, prestasi olahraga, kebangkitan ekonomi daerah, dan harapan-harapan kecil di mata para orang tua atlet yang duduk di tribun.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, dalam sambutannya saat membuka kejuaraan menyebut event ini sebagai momentum penting yang “telah lama didambakan”. Ia meyakini bahwa arena kompetisi semacam ini mampu menguji hasil latihan para atlet sekaligus memacu daerah agar terus melangkah lebih ambisius.
“Kami percaya event seperti ini akan mendorong Kabupaten Garut dan Jawa Barat, karena latihannya tidak sia-sia. Semua dibuktikan di sini,” ujar Syakur.

Bupati juga tak menutup mata terhadap dampak ekonomi yang mengiringi penyelenggaraan kejuaraan ini. Ribuan tamu dari luar daerah membuat Garut jauh lebih ramai dari biasanya. Hotel penuh, restoran penuh, pergerakan wisata meningkat. Syakur pun berharap event renang dapat diagendakan rutin di Garut, bahkan naik kelas ke tingkat nasional.
“Suatu saat kami berharap bisa menjadi tuan rumah event nasional,” ucapnya.
Harapan yang sama disampaikan Ketua Umum Akuatik Jawa Barat, Verdia Yosep. Baginya, momen Indonesia Raya berkumandang dengan lantang dari dada para atlet adalah pengingat bahwa setiap torehan prestasi dimulai dari kolam-kolam daerah. Ia bahkan menyelipkan target besar Olimpiade 2032.
“Mari buktikan bahwa hari ini adalah puncak prestasi tahun 2025. Mudah-mudahan dari kolam seperti inilah lahir pahlawan olahraga,” ujarnya.
Adapun Ketua Umum Akuatik Indonesia Garut, Agus Ismail, menyebut jumlah peserta tahun ini merupakan yang terbesar sepanjang penyelenggaraan di Garut. Tercatat 1.538 atlet turun bertanding pada lebih dari 6.300 nomor, mencakup long course, short course, hingga BK Porprov. Ia berterima kasih pada pemerintah daerah yang ikut mendorong terselenggaranya event berskala besar tersebut. Menurutnya, renang adalah cabang olahraga dengan potensi medali terbanyak dan karena itu perlu dipupuk sejak dini.
Namun suasana paling emosional justru terlihat di area tribun. Di sanalah para orang tua memeluk harapan, kecemasan, dan kebanggaan dalam waktu bersamaan. Setiap kali starter berbunyi, mereka menahan napas, setiap kali anak mereka menyentuh dinding finis, mereka berdiri dan bertepuk sekuatnya.
Seorang orang tua atlet menyampaikan perasaan yang mungkin mewakili ratusan lainnya. “Ini seperti ujian mental. Anak harus mengalahkan dirinya sendiri, mengalahkan catatan terakhirnya. Bagi kami, inilah panggungnya. Kami bangga melihat keberanian mereka,” tuturnya, Sabtu (25/10/2025).
Ia melanjutkan, renang bukan hanya soal kecepatan, tetapi pembentukan karakter. Menang atau kalah, anak belajar menghadapi tekanan, merawat disiplin, dan menghormati proses.
“Melihat anak berdiri di starting block itu rasanya luar biasa. Kami tahu setiap detik latihan, setiap lelah, ada artinya,” katanya.
Bagi sebagian keluarga, keberadaan event seperti ini juga menjadi bukti bahwa jerih payah mereka tak sia-sia. Biaya latihan, perjalanan, peralatan, hingga waktu akhir pekan yang habis di kolam renang terasa terbayar pada hari-hari seperti ini.
Pada akhirnya, kejuaraan di Garut bukan hanya tentang siapa yang tercepat menyentuh dinding. Ia adalah panggung bagi daerah untuk menunjukkan kesiapan, panggung bagi atlet untuk berdiri melawan dirinya sendiri, dan panggung bagi orang tua untuk merayakan perjuangan sepelan apa pun progres itu datang.
Dan ketika kolam Talaga Bodas kembali tenang, Garut sudah mencatatkan satu hal bahwa keyakinan, dukungan, dan kebanggaan dari tribun hingga podium bisa menjadi energi panjang untuk prestasi yang lebih besar di masa depan. (ali)
