KUNINGAN,- Bupati Kuningan, Dr. Dian Rachmat Yanuar baru saja menyampaikan bahwa proses Open Bidding jabatan Sekretris Daerah Kuningan yang sudah menentukan tiga besar resmi dianulir. Menurutnya, akan dilakukan open biding ulang untuk menentukan nama baru.
Menganulir proses resmi yang menelan biaya hampir setengah milyar itu mendapat tanggapan pemerhati Kuningan, Sadam Husen. Menurutnya, Keputusan Bupati Kuningan itu mencederai perasaan rakyat Kuningan yang notabene penyumbang pendapatan daerah.
“Hampir setengah miliar rupiah uang dari keringat rakyat yang diangkut masuk kas daerah kemudian dibelanjakan untuk seleksi jabatan resmi yang sah secara hukum, hasilnya disapu ke tong sampah demi selera penguasa baru,” tuturnya, Jumat (15/8).
Menurut Sadam, uang setengah miliar yang merupakan keringat dan jerih payah rakyat itu seharusnya kembali untuk memperbaiki jalan rusak, menambah pasokan air bersih ke desa yang sering mengalami kekeringan, atau membiayai beasiswa bagi pelajar atau mahasiswa. Apalagi, kondisi ekonomi masyarakat dan keuangan daerah sedang tidak baik-baik saja.
“Bukan karena bencana alam, bukan karena krisis ekonomi, tapi karena selera bupati terhadap hasil seleksi jabatan tinggi (open bidding) yang sah secara hukum,” tuturnya.
Setengah miliar rupiah uang pajak yang dibayar masyarakat, lanjut Sadam, merupakan angka yang sangat besar. Apalagi, kondisi psikologi masyarakat dalam membayar pajak merupakan bukti ketaatan yang serius di tengah kepayahan ketika hasil panen tak menguntungkan, dagangan di pasar tidak laku, sisa setoran supir angkot yang sangat kecil, dan kesulitan-kesulitan lainnya.
“Ini tidak tepat ketika warung kopi di pinggir jalan secara diam-diam dipotong pajak daerah, hingga dari setiap butir beras, setetes air galon, dan selembar tagihan listrik yang terus merangkak naik. Belum lagi ada pemtongan TPP bagi para pegawai negeri,” tuturnya.
Ketua Pemuda Muhamamdiyah Kuningan periode 2018-2023 itu menilai, keputusan Bupati Kuningan bukan sekadar pembatalan teknis. Melainkan bentuk pengkhianatan terhadap kepercayaan rakyat dan pelecehan terhadap jerih payah pembayar pajak. Dalam logika kepemimpinan seperti itu, menurutnya, jabatan bukan amanah untuk diisi oleh yang terbaik, tapi kursi untuk menampung loyalis.
“Proses yang memenuhi semua prosedur resmi dan menghasilkan tiga nama terbaik untuk mengisi kursi strategis pemerintahan. Semua terlihat rapi, terukur, dan legal. Tapi pada akhirnya, semua itu dihantam palu politik dan dibuang ke tong sampah kekuasaan hanya karena tidak sesuai selera penguasa baru,” tegasnya.
Sadam menilai, keterangan Bupati Kuningan tentang pembatalan hasil open bidding sudah mendapat persetujuan Kemendagri diartikan bahwa Gubernur Jawa dipaksa untuk menjilat air ludahnya sendiri terkait pengelolaan uang pajak.
Bahkan lebih tragisnya lagi, sampai hari ini tidak ada alasan hukum yang kokoh tentang putusan tersebut dan tidak ada pertanggungjawaban kepada publik. Karena hal itu, dia menegaskan, jika masyarakat diam, diartikan sebagai pembenaran terhadap pemerasan tanpa hak bicara.
“Yang tersisa hanyalah fakta, uang rakyat sudah habis, manfaatnya nol, dan harga diri daerah ini dipermainkan di meja kebijakan bupati. Hari ini yang dibatalkan adalah hasil seleksi jabatan. Besok bisa janji pembangunan yang ikut dibatalkan. Kuningan harus sadar: uang rakyat bukan mainan, dan demokrasi bukan panggung untuk memuaskan selera penguasa,” pungkasnya. (Ceng)

1 comment
Thank you for some other informative site. Where else could I get that type of info written in such a perfect manner? I’ve a venture that I’m simply now operating on, and I have been on the glance out for such info.