KUNINGAN – Sudah hampir 1 tahun jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kuningan belum juga terisi secara definitif. Di tengah sorotan publik, Bupati Kuningan H. Dian Rachmat Yanuar akhirnya angkat bicara. Dalam nada yang jujur sekaligus personal, ia menyebut kekosongan jabatan Sekda sebagai titik paling rawan dalam kepemimpinannya.
“Untuk jabatan Sekda Kuningan, mohon doanya secepatnya,” kata Dian, Senin (14/7/2025), usai apel pelantikan tujuh pejabat tinggi pratama di halaman Setda Kuningan.
Namun bukan hanya permintaan doa biasa. Pernyataan sang Bupati justru mengandung beban emosional yang kuat. Ia mengakui, ketiadaan sosok Sekda definitif menjadi salah satu titik SWOT paling besar dan personal dalam menjalankan pemerintahan.
“Doakan Sekda secepatnya. Eh, Sekda itu hal yang memang harus menjadi sebuah titik SWOT bagi saya khususnya. Karena Sekda itu clear… ibarat istri ya. Doakan yang terbaik. Insya Allah yang terbaik,” ungkapnya.
Pernyataan itu menggambarkan bahwa posisi Sekda tak sekedar jabatan administratif, melainkan penentu irama pemerintahan, sahabat strategis kepala daerah, bahkan simbol stabilitas birokrasi. Dalam konteks ini, ketiadaan Sekda sama halnya dengan menjalankan kapal tanpa navigator tetap.
Kondisi ini pun menciptakan spekulasi di kalangan internal birokrasi Pemkab Kuningan. Siapa yang akan dipilih Bupati sebagai “istri” dalam struktur pemerintahan?. Di sisi lain, pelaksanaan Rotasi Jilid II menandai komitmen Bupati dalam merapikan struktur. Tujuh pejabat tinggi pratama telah dilantik, dan Bupati mengisyaratkan Rotasi Jilid III akan segera menyasar eselon III dan IV.
Namun tetap saja, bayang-bayang kursi Sekda yang kosong menjadi pusat perhatian. Dan selama belum ada figur definitif, stabilitas dan kecepatan eksekusi kebijakan masih akan berpijak pada kekuatan improvisasi. (ali)
