Cikalpedia
Pemerintahan

Dian Jawab Fraksi Golkar: Fokus Perkuat PAD Kuningan

Bupati Kuningan saat membacakan jawaban Atas Pandangan Umum Fraksi - Fraksi DPRD Terhadap Nota Keuangan Perihal Raperda APBD 2026

KUNINGAN – Pemerintah Kabupaten Kuningan berkomitmen memperkuat pendapatan daerah di tengah tekanan fiskal yang kian ketat. Dalam rapat paripurna penyampaian jawaban Bupati atas pandangan umum Fraksi-Fraksi DPRD terhadap Rancangan APBD 2026, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, menegaskan fokus utama pemerintah tahun depan adalah meningkatkan atau memperkuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menata belanja agar lebih efisien.

Pernyataan itu disampaikan Bupati sebagai jawaban atas pandangan umum Fraksi Partai Golkar, yang menyoroti ketergantungan fiskal Kuningan terhadap dana transfer pusat. Dimana Fraksi Golkar meminta agar pemerintah daerah tidak hanya mengandalkan retribusi kesehatan dan pajak kendaraan, tapi mencari sumber pendapatan baru yang lebih berkelanjutan.

“Terima kasih atas masukan Fraksi Golkar. Kami sepakat bahwa PAD perlu diperkuat agar kemandirian fiskal daerah semakin kokoh,” ujar Dian di ruang rapat paripurna DPRD, Rabu (15/10/2025).

Dalam Nota Keuangan Raperda APBD 2026, pemerintah menargetkan PAD sebesar Rp475,04 miliar, naik sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan itu, kata Dian, bukan sekedar proyeksi optimistik, tetapi hasil dari langkah nyata memperluas basis pajak dan retribusi.

Namun, realitasnya struktur PAD Kuningan masih didominasi oleh sektor kesehatan. Retribusi dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) seperti RSUD 45, RSU Linggarjati, dan sejumlah puskesmas diperkirakan mencapai Rp190,72 miliar, atau hampir 40 persen dari total PAD. Sementara retribusi dari sektor non-kesehatan hanya menyumbang sekitar Rp28,52 miliar.

Fraksi Golkar menilai komposisi seperti ini tidak ideal. “Kita tidak bisa terus bergantung pada pendapatan rumah sakit. Harus ada diversifikasi,” kata salah satu juru bicara fraksi dalam sidang Paripurna sebelumnya.

Menanggapi hal itu, Dian mengakui perlunya reposisi sumber pendapatan daerah. Ia menyebut strategi intensifikasi pajak, optimalisasi aset, dan digitalisasi retribusi sebagai langkah konkret yang tengah disiapkan. “Kita akan perbaiki tata kelola agar PAD meningkat tanpa membebani masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga :  123 Guru di Kuningan Dikukuhkan sebagai Guru Penggerak Angkatan 8

Sementara itu, dikatakan Dian, transfer dana dari pemerintah pusat, baik Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Bagi Hasil (DBH), mengalami penurunan tajam sekitar Rp111 miliar atau 25 persen dibanding tahun 2025. Kondisi itu membuat ruang fiskal Kuningan semakin terbatas dan memaksa pemerintah menata ulang prioritas anggaran.

“Ruang fiskal kita menyempit. Karena itu, efisiensi menjadi kata kunci dalam penyusunan APBD 2026,” tegas Dian.

Pemerintah, lanjutnya, akan memusatkan belanja pada sektor pelayanan dasar, terutama pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur publik. Kegiatan seremonial serta proyek-proyek yang tidak berdampak langsung akan ditunda.

Sebagai bagian dari penguatan PAD, Pemkab Kuningan juga akan melakukan audit aset daerah. Banyak aset yang belum termanfaatkan secara optimal, termasuk lahan dan bangunan yang bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta. “Kami akan membuka peluang kerja sama pemanfaatan aset agar bisa menjadi sumber pendapatan baru,” kata Dian.

Selain itu, pemerintah tengah mengembangkan sistem digital terpadu untuk pengelolaan pajak dan retribusi daerah. Langkah ini diharapkan mampu menutup potensi kebocoran dan mempercepat layanan publik. “Digitalisasi bukan hanya efisiensi, tapi juga transparansi. Kita ingin publik tahu uang daerah dikelola dengan akuntabel,” ujarnya.

Dalam pandangan politik anggaran, sebelumnya Fraksi Golkar mengingatkan agar pemerintah tidak sekadar mengejar target angka, tetapi memastikan peningkatan PAD benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Bahkan mendorong agar arah kebijakan fiskal tahun depan lebih progresif dan berani mengambil inisiatif baru di sektor ekonomi produktif.

Menanggapi itu, Dian menegaskan bahwa langkah kehati-hatian pemerintah justru bagian dari strategi jangka panjang. “Kita tidak ingin ambisi pendapatan membuat defisit baru. Fokus kita adalah stabilitas dan kemandirian fiskal yang berkelanjutan,” katanya.

Baca Juga :  Mutasi Mendadak, Kasat Intel dan Kapolsek Kuningan Diganti

Target pertumbuhan ekonomi Kuningan pada 2026 dipatok 5,99 persen, dengan tingkat kemiskinan 10,72 persen dan pengangguran terbuka 6,76 persen. Angka-angka itu, kata Dian, menjadi indikator bahwa pemerintah perlu bergerak cermat di tengah tekanan fiskal yang nyata.

“Ini bukan hanya soal anggaran, tapi soal kemandirian daerah. Kami ingin Kuningan tumbuh dengan kekuatan sendiri,” ujar Dian. (ali)

Related posts

Paskibraka Kuningan Digembleng di “Desa Bahagia”

Alvaro

Polemik LGBT di Kuningan Kian Memanas, Pemda Diminta Bertindak Cepat

Alvaro

Guru BK SMP Kuningan Dibekali Metode Konseling Terbaru

Cikal

Leave a Comment