Cikalpedia
Sosok

Jejak Pemburu di Timor Timur: Brigjen Harry Kurniawan dan Warisan Rajawali 4

Foto : Tangkapan layar program Open Minded One on One yang tayang di kanal Diskursus Net

Cikalpedia.id – Dalam peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Brigadir Jenderal Polisi Harry Kurniawan mengingatkan publik akan babak penting sejarah korps Brimob, sebuah kisah pengabdian yang luput dari sorotan yaitu Kompi Pemburu Rajawali 4, pasukan elite yang dibentuk untuk mengawal stabilitas di Timor Timur menjelang referendum 1998.

Dalam program Open Minded One on One yang tayang di kanal Diskursus Net, Brigjen Harry yang kini bertugas sebagai Auditor Sispamobvitnas Tingkat II Baharkam Polri, menuturkan pengalamannya kala tergabung dalam unit elit itu.

Disebutkannya, Rajawali 4 merupakan satu-satunya kompi yang melibatkan unsur Polri, sejajar dengan satuan tempur TNI seperti Kopassus, Marinir, dan Paskhas.

“Kami dilatih di Batujajar bersama Kopassus. Tak ada pangkat, tak ada jabatan. Yang ada hanya disiplin dan semangat sebagai satu tim,” ujar Harry yang pernah menjadi Kapolres Kuningan.

Sebanyak 128 personel Brimob dipilih secara khusus, lanjut Harry, menjadi embrio kehadiran Polri dalam misi tempur yang sebelumnya hanya dimonopoli militer. Penugasan di Timor Timur, menurut Hari, tak hanya soal mengangkat senjata.

“Kami menjaga obyek vital seperti TVRI Aileu, PLN Comoro, sampai Lapas Bekora yang penuh tahanan kriminal dan politik. Tugas kami juga menganalisis siapa yang harus dipindah dan bagaimana melindungi mereka,” katanya.

Kehadiran Brimob dalam misi tersebut juga merentang ke diplomasi keamanan, mendampingi misi UNAMET (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Komnas HAM selama pelaksanaan referendum.

 “Ada anggota kami yang mengawal Pak Kusparmono dan tokoh-tokoh HAM. Kami tidak hanya prajurit, tapi juga penjaga proses demokrasi,” tambah Harry

Nama Harry Kurniawan juga lekat dengan momen krusial lain, seperti pengamanan Jakarta saat gejolak pasca Pemilu 2019. Kala menjabat Kapolres Jakarta Pusat, Harry memilih pendekatan persuasif untuk meredam tensi.

Baca Juga :  Musrenbang Kuningan: Jangan Wariskan Air Mata

“Saya turun langsung. Saat Ramadan, saya ajak massa buka puasa, salat berjamaah, lalu Tarawih. Itu membuat sebagian besar massa membubarkan diri tanpa bentrokan,” ujarnya.

Namun, tak semua aksi berakhir damai.

“Malam harinya masih ada yang rusuh. Tapi kami tetap menahan diri. Tindakan tegas adalah pilihan terakhir. Kami ingin menunjukkan bahwa Brimob juga punya wajah humanis,” ungkapnya dalam podcast tersebut.

Kini, kisah Rajawali 4 tak hanya hidup dalam kenangan para alumni, tetapi juga tertulis dalam buku “Brimob Penjaga Negeri” yang ditulis Harry. Dukungan dari Kapolri, Dankor Brimob, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang pernah menjadi Danjen Kopassus menguatkan legitimasi sejarah ini.

“Banyak dari kami yang kini mengabdi sebagai pendidik, relawan, dan pengembang taktik tempur. Semangat ‘Pemburu’ itu hidup, bahkan di luar medan,” tuturnya

Di ujung wawancara, Hari berharap kisah Rajawali 4 bisa masuk dalam narasi resmi sejarah Polri, bukan sekadar nostalgia para veteran.

“Banyak yang mengaku lulusan ‘Pemburu’, meski bukan asli Batujajar. Tapi kalau itu membuat mereka bangga, itu sudah cukup. Artinya semangat kami menular,” tutupnya.

Diskursus kali ini bukan sekadar refleksi Hari Bhayangkara, melainkan pengingat bahwa di balik tameng dan senjata, ada nilai, ada dedikasi dan yang terpenting, ada cerita yang tak boleh hilang. (red)

Sumber Wawancara : https://www.youtube.com/@diskursusnet

Related posts

Gotong Royong Masih Hidup di Citapen, Anggota DPR RI Satu Ini Angkat Topi

Cikal

Ratusan Pelari Serbu Arunika! Rokhmat Ardiyan Gaungkan Wisata Kuningan

Cikal

Layanan Ambulan Slow Respon, Untung Ada Patwal

Ceng Pandi

Leave a Comment