Program MBG sendiri merupakan salah satu agenda prioritas pemerintah pusat dalam meningkatkan gizi anak sekolah. Namun, di lapangan, distribusi massal seringkali menghadapi tantangan, terutama terkait kualitas dan ketahanan makanan yang harus menempuh jarak pengiriman tertentu.
“Sekolah jangan pasif menerima. Mereka adalah garda terdepan untuk memastikan kualitas. Kalau ada masalah, segera komunikasikan. Jangan menunggu sampai anak-anak terlanjur mengonsumsi,” ujar Wahyu.
Himbauan ini muncul setelah adanya kejadian di salah satu sekolah di Kecamatan Jalaksana, dimana ada sejumlah makanan dinyatakan basi dari 138 paket ada puluhan diduga basi, sehingga tidak di konsumsi.
Wahyu menambahkan, pihaknya akan terus melakukan monitoring dan evaluasi bersama Dinas Pendidikan serta penyedia makanan. “Ini bagian dari tanggung jawab kita bersama. Anak-anak harus menerima makanan yang aman, sehat, dan bergizi. Itu esensi dari program MBG,” katanya.
Dengan adanya SOP pengawasan di tingkat sekolah, Wahyu optimistis kualitas distribusi makanan MBG dapat semakin terjaga. “Kalau semua pihak disiplin menjalankan prosedur ini, insyallah program MBG bisa berjalan sesuai tujuan,” pungkasnya. (Ali)
