KUNINGAN – Meski wilayahnya tergolong sepi dari aktivitas kampanye terbuka, jajaran Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kecamatan Cipicung tetap sigap menjaga integritas tahapan Pemilu 2024. Pengawasan terus dilakukan secara melekat dengan pendekatan humanis dan kolaboratif.
Hal ini disampaikan Ketua Panwaslu Kecamatan Cipicung, Asep Sobirin, yang didampingi jajaran anggota Panwaslu Kecamatan, yakni Asep Dadang, Aris Heryana, dan Mulya Herdiyana, serta Kepala Sekretariat Alex Dolfianza.
Menurut Asep, hingga akhir Januari 2024, aktivitas kampanye yang berlangsung di Cipicung relatif minim dan dapat dihitung dengan jari.
“Rata-rata hanya pertemuan terbatas dan pembagian atribut seperti stiker. Belum ada kampanye besar atau rapat umum,” ungkap Asep saat ditemui di Sekretariat Panwaslu Cipicung.
Caleg Kooperatif, Pengawasan Berjalan Lancar
Asep menyebutkan bahwa para calon legislatif dan tim sukses di wilayah Cipicung menunjukkan sikap kooperatif dalam setiap agenda kampanye.
“Mereka umumnya patuh, seperti Bu Ika dari DPRD Provinsi, dan beberapa caleg kabupaten yang lain juga melaporkan kegiatan mereka baik ke PKD maupun ke Panwaslu,” ujarnya.
Panwaslu Cipicung pun berharap pola pelaporan seperti ini terus dijaga. Bila pun terjadi kendala administratif, komunikasi awal bisa dilakukan lewat telepon sebagai bentuk koordinasi.
“Yang penting ada komunikasi dan niat baik. Dokumen administratif bisa menyusul,” tambahnya.
Fokus pada APK dan Netralitas Aparatur Desa
Terkait pelanggaran, Panwaslu Cipicung menyebut pelanggaran umum terjadi pada penempatan Alat Peraga Kampanye (APK) yang tidak sesuai ketentuan. Banyak ditemukan APK yang melanggar Perda K3.
Selain itu, pengawasan juga difokuskan pada netralitas aparatur desa. Tim Panwaslu aktif melakukan edukasi dan koordinasi ke seluruh desa di wilayah Cipicung.
“Kami keliling ke desa-desa, mengingatkan pentingnya netralitas aparat desa. Kami juga ingatkan dalam setiap kegiatan, termasuk saat pengawasan untuk rekrutmen PTPS,” tegas Asep.
Pendekatan Humanis Jadi Kunci
Berbeda dari pendekatan represif, Asep menekankan pentingnya gaya pengawasan yang humanis dan edukatif. Ia percaya, pengawasan yang baik tidak harus keras, tetapi bisa dilakukan dengan dialog.
“Teguran cukup disampaikan secara baik-baik. Yang penting tercatat dan menjadi bahan evaluasi. Kita tidak perlu ngotot atau menciptakan ketegangan,” ujarnya.
Asep juga memastikan, hingga kini tidak ada kasus kekerasan terhadap PKD seperti yang sempat terjadi di wilayah lain.
“Alhamdulillah di Cipicung semuanya kondusif, berkat komunikasi dan koordinasi yang terus dijaga,” tutupnya.
