Acep menjelaskan, gerakan nasional pengendalian perubahan iklim lewat Proklim (Program Kampung Iklim) menjadi langkah strategis dalam membumikan isu global ke tingkat lokal. Pemerintah menargetkan terbentuknya 20.000 titik Proklim di Indonesia pada 2024.
“Kita bisa mulai dari hal sederhana. Pengelolaan sampah rumah tangga, pemanfaatan komposter, hingga gaya hidup minim sampah. Semua itu adalah bagian dari ekonomi sirkular yang memberi manfaat luas,” ujar Acep.
Edukasi dan Kolaborasi Lintas Sektor
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wawan Setiawan menyebutkan bahwa peringatan HPSN tahun ini tidak hanya sebatas seremoni. Rangkaian kegiatan telah digelar sejak 21 Februari lalu, termasuk:
- Bimtek pengelolaan sampah melibatkan desa, bumdes, PKK, dan sekolah,
- Uji emisi kendaraan dinas bekerjasama dengan Dinas Perhubungan,
- Gerakan Jumat Bersih (Jumsih) serentak di perkantoran dan sekolah,
- Kampanye pengurangan emisi dan edukasi pengelolaan limbah secara berkelanjutan.
“Tujuan utama HPSN ini adalah menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga bumi dari ancaman sampah dan emisi,” ujar Wawan.
Pemerintah Kabupaten Kuningan berkomitmen menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat, bukan sekadar proyek kebersihan. Lewat pendekatan kolaboratif, mulai dari pemerintah, masyarakat, dunia pendidikan, hingga media, HPSN di Kuningan menjadi panggung inspirasi bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil.
