KUNINGAN – Penjabat Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, menghadiri diskusi santai bertajuk Ngobrol Orang Hebat (Ngobat) bersama komunitas pecinta alam Aktivis Anak Rimba (AKAR), Sabtu (27/1). Bertempat di Markas AKAR, kawasan Taman Hutan Kota Bungkirit, acara ini mempertemukan berbagai tokoh pegiat lingkungan dan pemerhati community development.
Dalam kesempatan tersebut, Iip didampingi sang istri yang juga Ketua TP PKK Kabupaten Kuningan, Susi Widyawati, serta tokoh lingkungan dari berbagai latar seperti Dekan Universitas Jember, Pakar Community Development Dr. Insanudi, Kepala Balai TNGC Maman Surahman, hingga eks Ketua AKAR Maman Mejique Supriatman yang memoderatori jalannya diskusi.
Pj Bupati Iip Hidajat mengaku terinspirasi usai mendaki Gunung Ciremai. Pendakian tersebut, katanya, bukan hanya soal menaklukkan alam, tetapi menjadi bentuk tafakur sekaligus ikhtiar untuk lebih dekat dengan simbol kebesaran Tuhan yang menjadi ikon Kabupaten Kuningan.
“Ketika saya mendaki Ciremai, bukan hanya jasmani yang diuji, tetapi batin pun diajak berdialog. Dari sanalah saya tergerak untuk menggagas Festival Gunung Ciremai,” ungkap Iip.
Gagasan Festival Ciremai ini, menurut Iip, tidak sekadar soal mendaki massal, tetapi juga sebagai gerakan penyadaran ekologis, khususnya terhadap kebersihan gunung dari sampah yang kerap ditinggalkan pendaki.
“Festival ini akan menyentuh kesadaran spiritual dan lingkungan. Mendaki bukan hanya soal puncak, tapi juga tentang menghargai alam di setiap langkah,” kata Iip.
Iip bahkan menargetkan festival tersebut bisa berskala internasional, dengan memanfaatkan Bandara Kertajati sebagai pintu masuk wisatawan dan pegiat alam dari mancanegara. Ia juga berharap festival ini bisa dikolaborasikan dengan agenda nasional Hari Lingkungan Hidup bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Filosofi Kepemimpinan AKAR: Sunyi Tapi Mengikat
Tak hanya soal festival, dalam diskusi ini Iip juga membahas filosofi kepemimpinan yang telah ia tuangkan dalam bukunya berjudul AKAR. Buku ini ditulis jauh sebelum ia menjabat sebagai Pj Bupati Kuningan.
“Akar itu bekerja dalam diam. Ia menyangga, mengikat, dan menghidupi—tanpa harus dilihat. Kepemimpinan sejati harus seperti itu: adil, karismatik, mendidik, dan rancang bangun (rancingeus),” kata Iip, menjabarkan makna dari akronim AKAR.
Menurutnya, banyak pemimpin kini terlalu sibuk mengejar popularitas hingga melupakan makna pengabdian. Konsep AKAR ingin mengajak para pemimpin untuk berjuang dalam sunyi demi kesejahteraan rakyat.
“Kita perlu pemimpin yang tidak riya. Yang bekerja bukan demi sorotan kamera, tapi demi perubahan nyata,” tegasnya.
Diskusi di markas AKAR ini menjadi bukti bahwa kepemimpinan dan pelestarian lingkungan bisa berjalan seiring. AKAR sebagai komunitas sadar lingkungan dinilai memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem Gunung Ciremai tetap lestari. (ali)
