Senada dengan itu, Kholiddin dari BGN menjelaskan bahwa MBG memiliki dimensi yang luas dan menjadi trendsetter dalam kebijakan gizi nasional. Program ini menggabungkan aspek gizi, pemberdayaan ekonomi, dan partisipasi masyarakat secara terintegrasi.
“Dalam dapur penyedia makanan, ada ahli gizi yang memastikan kualitas menu dan komposisi nutrisi. Selain itu, tenaga lokal dilibatkan agar manfaat ekonominya langsung terasa di daerah. Ini adalah pendekatan holistik,” papar Kholiddin.
Lurah Mangolo, Hardiansyah Hasmir, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan di wilayahnya. Menurutnya, kehadiran program MBG telah memberi dampak nyata bagi anak-anak sekolah, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu.
“Banyak anak yang sebelumnya berangkat sekolah tanpa sarapan kini bisa belajar lebih fokus dan bersemangat. Ini langkah besar untuk masa depan anak-anak Kolaka, mengurangi beban orang tua, dan meningkatkan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Program MBG, melalui sosialisasi yang masif di Kolaka ini, menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk menjadikan program ini sebagai gerakan nasional yang berkelanjutan. Tujuannya bukan hanya menyehatkan fisik dan mental anak-anak, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat lokal melalui rantai pasok makanan yang dijamin kualitasnya. Kolaka menjadi salah satu contoh keberhasilan integrasi antara kebijakan gizi, pendidikan, dan pembangunan ekonomi daerah. (rls/ali)
