KUNINGAN – Ada yang istimewa dalam peringatan Hari Jadi ke-525 Kabupaten Kuningan, Jumat (1/9/2023). Untuk terakhir kalinya dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menghadiri Sidang Paripurna DPRD Kuningan—momentum yang menggabungkan nostalgia, penghormatan, dan pesan-pesan kebangsaan.
Kang Emil, sapaan akrabnya, mendarat menggunakan helikopter di Stadion Mashud Wisnusaputra, lalu disambut hangat di Pendopo Kuningan bersama sang istri, Atalia Praratya. Dari sana, rombongan menuju Gedung DPRD menggunakan delman, kendaraan tradisional yang menjadi ciri khas perayaan Hari Jadi Kuningan.
Di sepanjang jalan, warga dari berbagai kalangan—pelajar, ASN, hingga tokoh masyarakat—tumpah ruah menyambut sang Gubernur yang akan purna tugas pada 5 September mendatang. Seolah menjadi salam perpisahan rakyat Kuningan kepada pemimpin yang dikenal dekat dan santun.
Sinergi Pemda dan DPRD Disorot, Sejarah Kuningan Dikisahkan
Ketua DPRD Kuningan Nuzul Rachdy membuka sidang dengan mengetuk palu tiga kali sebagai simbol dimulainya rapat paripurna. Dalam sambutannya, Zul menegaskan bahwa sinergi antara DPRD dan Pemkab selama ini berjalan baik, meski tetap menjalankan fungsi kritis dan kontrol terhadap kebijakan.
“Ini semua demi kebaikan bersama, agar pembangunan berjalan sesuai ketentuan,” ucap Zul.
Selanjutnya, Sekda Kuningan H. Dian Rachmat Yanuar memaparkan sejarah singkat Kabupaten Kuningan, mulai dari eksistensinya sejak 3.500 tahun sebelum masehi, hingga dinobatkannya Sang Adipati Kuningan pada 1 September 1498 yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kuningan.
Bupati Acep Pamit dengan Penuh Syukur
Bupati Kuningan H. Acep Purnama memanfaatkan momen ini untuk berpamitan secara resmi kepada masyarakat, karena dirinya bersama Wakil Bupati H. M. Ridho Suganda akan mengakhiri masa jabatan pada 4 Desember 2023 mendatang.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh tokoh, sesepuh, masyarakat, ASN, dan semua pihak yang telah ikut membangun Kuningan. Ini bukan perpisahan, melainkan wujud syukur atas perjalanan kita bersama,” ujar Acep.
Kadeudeuh Terakhir Kang Emil untuk Kuningan
Menyadari waktunya yang kian singkat sebagai Gubernur, Kang Emil menyampaikan bahwa kehadirannya di Kuningan adalah bentuk kecintaan dan penghormatan.
“Meskipun padat, saya menyempatkan datang ke sini sebagai kadeudeuh terakhir saya kepada masyarakat Kuningan,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Ia menyampaikan pesan penting kepada warga Kuningan untuk terus menjaga nilai-nilai budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Empat pepatah Sunda pun ia titipkan:
- Hade goreng ku basa (jaga ucapan dalam suka maupun duka)
- Silih asih, silih asuh, silih wawangi (saling mengasihi, membimbing, dan menghormati)
- Batu turun keusik naek (rendahkan hati, angkat yang lemah)
- Caina herang, laukna beunang (buat keputusan jernih agar hasilnya baik)
Kang Emil juga mengajak masyarakat menjaga kondusivitas menjelang Pemilu, serta menghindari politik identitas dan provokasi. Ia berharap akan lahir pemimpin-pemimpin baru yang mampu meneruskan perjuangan mensejahterakan rakyat.
16 Guru Besar Asli Kuningan Dihormati
Menambah kemegahan acara, hadir pula 16 Guru Besar pituin (asli) Kuningan yang telah berkiprah di tingkat nasional hingga internasional dalam dunia pendidikan. Para akademisi ini kemudian dijamu di Pendopo Kuningan setelah shalat Jumat sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi mereka bagi daerah.
Penutup yang Hangat untuk Jejak Pemimpin
Paripurna Hari Jadi ke-525 menjadi bukan hanya panggung sejarah, tetapi juga panggung perpisahan yang penuh makna. Perjalanan Kang Emil sebagai Gubernur dan Acep–Ridho sebagai kepala daerah Kuningan, hari itu disatukan dalam satu benang merah: cinta dan pengabdian pada rakyat.
Sebagaimana pepatah yang diucapkan Kang Emil:
“Caina herang, laukna beunang.”
Semoga yang ditinggalkan adalah kejernihan, dan hasilnya, kesejahteraan untuk semua.
