“Rezeki halal, InsyaAllah,” katanya sambil melipat uang dengan hati-hati.
Orang-orang di kantor lama-lama terbiasa. Ada yang mencibir diam-diam, ada pula yang ikut menikmati “rezeki” dari laporan fiktif itu.
Sampai suatu hari, audit mendadak datang. Tim inspektorat membuka satu per satu dokumen. Nota fotokopi, tanda tangan berbeda gaya, dan daftar hadir dengan nama-nama yang ternyata orang yang sudah pensiun.
Ruangan mendadak hening. Semua menunggu reaksi Umi.
Dengan wajah teduh, ia tetap menutup kepalanya dengan kerudung lebar, lalu berkata lirih, “Ini semua fitnah. Demi Allah, saya hanya ingin menjaga keberkahan kantor ini.”
Tapi di bawah meja, tangannya gemetar, menggenggam tas yang penuh kwitansi asli, bukti dari semua yang selama ini ia bungkus dengan kata-kata manis dan doa panjang.
Dan untuk pertama kalinya, panggilan Umi terdengar seperti ejekan.
Hanya Fiksi Sambil Ngopi by Bengpri
