Cikalpedia
Cerpen

Sayap Elang yang Patah

“Yan… makasih…”

Yayan duduk di sebelahnya, menyulut rokok.

“Mereka ke mana semua, Lang? Yang elu bela mati-matian dulu?”

Elang tak jawab. Air matanya jatuh pelan ke nasi yang mulai dingin. Suap demi suap, ia makan sambil menangis.


Beberapa minggu kemudian…

Yayan datang lagi ke bengkel, tapi pintu tak terbuka.

Ia dobrak.

Di dalam, Elang terbujur kaku di tikarnya. Matanya terpejam, wajahnya tenang. Di sebelah tubuhnya, ada secarik kertas yang dilipat rapi.

“Untuk siapa pun yang masih peduli:
Jangan hakimi orang dari masa lalunya.
Kadang mereka yang kita anggap ‘sampah’ adalah satu-satunya yang datang saat kita benar-benar tenggelam.”

Yayan menggenggam kertas itu erat. Matanya merah.

“Maaf, Lang… gue telat bawa nasi goreng lagi…”

Dan malam itu, hujan turun lebih deras dari biasanya. Seolah langit pun menangisi kepergian Elang — si burung yang patah sayapnya karena ditinggalkan oleh kawanan yang pernah ia lindungi.


Akhir.
(Cerita ini terinspirasi dari realita — bahwa seringkali, yang disebut ‘teman baik’ tak selalu hadir saat kita runtuh. Tapi kadang, orang yang kita anggap remeh, justru datang membawa sejumput harapan.)

Related posts

15 Warisan Leluhur Kuningan Dibidik Jadi Cagar Budaya

Cikal

Kuningan Raih Predikat Kabupaten Peduli HAM 2023

Cikal

Dibangun 3 Era Bupati Terdahulu, Kini Jalan Lingkar Timur Bernama Jalan Eyang Kyai Hasan Maulani

Cikal

Leave a Comment