“Kami tidak ingin anak-anak merasa belajar di dua dunia yang berbeda. Apa yang mereka dapatkan di diniyah harus menjadi penguat bagi etika dan moral mereka di sekolah umum,” ujarnya
Jika sekolah formal menjadi tempat mengejar kecerdasan intelektual, Sulaeman menegaskan, maka diniyah merupakan laboratorium karakter. Pendidikan diniyah menyumbangkan aspek rasa dan spiritual yang melengkapi kognisi siswa di SD maupun SMP. “Sinergi inilah yang kami harapkan, sehingga bisa melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kedalaman spiritualitas,” tuturnya.
Selain untuk penguatan integrasi antara diniyah dan sekolah umum, pada kesempatan itu dibahas juga komitmen Pemda dalam hal anggaran. Bantuan operasional pendidikan yang setiap tahun diberikan kepada diniyah diminta untuk segera disalurkan, bahkan sangat perlu untuk ditambah.
“Hingga penghujung tahun, bantuan operasional pendidikan tahun 2025 belum kami terima. Keterlambatan ini menjadi hambatan serius bagi operasional harian madrasah diniyah,” tutunrya.
Karena itu, Sulaeman menerangkan, silaturahmi itu bukan sekadar ajang temu kangen, melainkan ruang advokasi. Pihaknya berharap diniyah mendapat perhatian lebih atau setidaknya setara dengan sekolah umum sehingga bisa berjalan beriringan saling mengisi sesuai keunggulan.
“Kami tetap mengajar dengan ikhlas, namun dukungan operasional sangat kami butuhkan agar pelayanan pendidikan kepada anak-anak tetap optimal. Harapan kami, pemerintah daerah dapat segera memberikan kepastian terkait BOP ini,” pungasnya. (Ceng)
