BANDUNG – Jawa Barat kembali merayakan hari jadinya yang ke -80. Seluruh kepala daerah merayakannya dengan suka riang dan penuh kegembiraan. Namun di tengah kemeriahan perayaannya, muncul kritik tajam dari Aliansi BEM Nusantara Jawa Barat.
Sekretaris Daerah BEMNUS, Rokhmat Firdaus menilai perayaan itu hanya menjadi pesta seremonial di atas tumpukan masalah rakyat.
Menurutnya, di sejumlah daerah, persoalan masih menjerat dan menanti solusi nyata. Di Garut, Stadion Olahraga Rakyat (SOR) Ciateul mangkrak, berdiri bagaikan monumen pembiaran. Di Tasikmalaya, isu SARA yang dibiarkan menjadi bom waktu sosial. Sementara di Pangandaran, praktik premanisme mencoreng wajah pariwisata.
Kondisi serupa juga terlihat di Majalengka, di mana Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) berdiri megah, tetapi belum memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar. Di Karawang, janji 1,25 juta lapangan kerja berbanding terbalik dengan fakta satu juta pengangguran lokal yang masih terpinggirkan.
Tak hanya itu, Cirebon masih bergulat dengan infrastruktur jalan yang rusak dan compang-camping. Sedangkan di Indramayu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah ditambah dengan banjir rob di pesisir Eretan, membuat rumah warga terendam setiap kali air laut pasang dan di Kuningan gagal bayar, PJU, angka pengangguran masih menjadi catatan penting.
“Pemerintah Jawa Barat seharusnya jangan sibuk berpesta seremonial, sementara rakyat tiap hari dihantam masalah. Dari Garut sampai pesisir Indramayu, semua butuh solusi nyata, bukan sekadar janji, dan eksistensi individu gubernur saja,” kata Rokhmat, Jumat (22/8)
Menurutnya, momentum HUT Jawa Barat seharusnya dijadikan alarm evaluasi dan refleksi untuk menjawab kebutuhan rakyat, bukan sekadar panggung seremonial yang menutup mata dari kenyataan di lapangan.
“Rakyat butuh jawaban, bukan pesta,” tegas Rokhmat. (Icu)
