Cikalpedia
Ragam

Mahasiswa Uniku Guncang Karnaval Budaya Lewat Drama Air untuk Anak Cucu

penampilan mahasiswa UNIKU pada karnval budaya. (Istimewa)

KUNINGAN – Langit Kuningan tampak cerah ketika derap langkah ratusan mahasiswa Universitas Kuningan (Uniku) memadati jalan utama pusat kota dalam gelaran Karnaval Budaya 2025, Sabtu (5/10/2025). Namun bukan sekedar parade busana adat atau tarian tradisional yang menarik perhatian ribuan penonton siang itu. Justru, sebuah penampilan teatrikal berjudul “Air untuk Anak Cucu” membuat suasana berubah khidmat, memukau, dan menggugah kesadaran banyak orang tentang pentingnya menjaga alam.

Dengan iringan musik, para mahasiswa membuka parade dengan adegan dramatis itu, narator membacakan penggalan pesan dari naskah drama: “Gunung, hutan, dan sungai harus ditanami pohon, bukan tugu, beton, atau aspal. Jika tidak, air tidak lagi jadi berkah, tapi musibah.” Kalimat itu menggema lewat pengeras suara, membuat penonton di sepanjang jalan tersentak dan terdiam.

Sinopsis drama “Air untuk Anak Cucu” sendiri menyuarakan pesan ekologis yang kuat. Kuningan digambarkan sebagai daerah yang kaya air, tapi nasibnya bergantung pada cara masyarakat dan pemerintah merawat lingkungan. Air, dalam naskah itu, bukan sekadar sumber kehidupan, tapi juga simbol tanggung jawab antargenerasi.

Penampilan Uniku menjadi salah satu yang paling menonjol tahun ini. “Mereka tidak hanya tampil kreatif, tapi juga menyampaikan pesan moral yang dalam. Ini bukan sekedar pertunjukan seni, tapi bentuk pendidikan publik,” ujar salah satu warga yang ikut menonton.

Penampilan yang berdurasi kurang dari 5 menit itu benar-benar membuat panggung kehormatan tercengang. Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar, yang turut hadir bersama jajaran Forkopimda, tampak beberapa kali mengangguk-angguk. “Pesannya sangat relevan dengan visi kita sebagai kabupaten konservasi. Saya apresiasi kreativitas mahasiswa Uniku yang membawa isu lingkungan ke ruang budaya,” katanya.

Usai parade, ratusan mahasiswa itu mendapat tepuk tangan panjang. Mereka menutup aksi dengan mengangkat poster bertuliskan “UNIKU ADA DAN TERJAGA”.

Di tengah gegap gempita karnaval, pesan dari mahasiswa Uniku terasa seperti tamparan halus bagi siapa pun yang abai pada alam. Bahwa air yang hari ini mudah kita temukan, bisa saja hilang bila gunung, hutan, dan sungai terus dikorbankan atas nama pembangunan. Seperti kata penutup naskah mereka, “Air bukan milik kita semata, tapi warisan untuk anak cucu.”

Baca Juga :  80 Kiai Muda Kuningan Deklarasi Dukung Ridho-Kamdan: Siap Kawal Hingga Menang Pilkada

Dengan penampilan yang kuat, simbolik, dan sarat makna, Uniku tidak hanya memeriahkan karnaval budaya, mereka menjadikannya panggung kesadaran ekologis. Sebuah panggung yang mengingatkan Kuningan, bahwa menjaga alam bukan pilihan, melainkan kewajiban moral bagi generasi kini dan mendatang. (icu)

Related posts

Kuningan Berhasil Tarik Anggaran Pusat Berupa Barang Senilai 3 Miliar Tuk Sektor Pertanian

Cikal

Warga Karangtawang Kompak Bersihkan Sungai Cisanggarung

Ceng Pandi

SLB Taruna Mandiri Genap 16 Tahun, Ini Kata Pj Bupati Iip

Cikal

Leave a Comment