“Momentum ini harus menguatkan kembali kesadaran bahwa ayah bukan sekadar pencari nafkah. Ia penopang kesejahteraan emosional keluarga,” kata Deniawan.
Puncak acara ditandai dengan pesan reflektif dari Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., yang secara metaforis menyebut ayah sebagai “filsuf kehidupan”. Menurutnya, seorang ayah jarang mengajarkan dengan banyak kata, namun menghidupkan nilai melalui Tindakan mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab, ketenangan, dan ketegasan.
“Seorang ayah itu penjaga keseimbangan antara kasih dan logika. Ia mungkin jarang berbicara, tetapi tindakannya mengandung pesan yang membentuk masa depan anak,” tutur Bupati Dian.
Dian menegaskan, peran ayah kini berada dalam tantangan zaman yang menuntut kehadiran lebih dari sekadar fisik. Ayah harus hadir secara emosional dan spiritual, terutama di tengah perubahan sosial yang cepat.
Ia pun menutup acara dengan ungkapan penghargaan bagi seluruh ayah di Kabupaten Kuningan. “Semoga pengorbanan dan doa mereka menjadi pondasi yang kokoh bagi generasi masa depan,” ujarnya.
Di tengah riuh kehidupan yang sering memusatkan perhatian pada ibu, peringatan Hari Ayah Nasional perdana di Kuningan ini menjadi pengingat bahwa ayah adalah sosok yang tidak selalu tampak, namun selalu ada. Kuningan, lewat peringatan ini, mencoba memberi panggung yang layak bagi keteladanan yang lama terlupakan itu. (ali)
